Jakarta Greater

Berita Militer dan Alutsista

Tiga Operasi Pasukan Khusus Paling Berani dan Nekad

Pasukan khusus dan operasi rahasianya dirancang untuk mengatasi pertempuran yang paling sulit, berbahaya dan kompleks yang tidak dapat diatasi dengan menggunakan pasukan biasa. Dibawah ini adalah operasi pasukan khusus paling berani dan nekad era Perang Dunia 2, tanpa menggunakan perlengkapan khusus masa kini seperti rompi kevlar anti peluru, teropong malam, dan senapan cornershot.

Merebut benteng Eben Emael

Benteng Eben-Emael adalah salah satu benteng terbesar dan terkuat didunia milik Belgia. Diperkuat 1200 tentara, beberapa bagian benteng merupakan terowongan bawah tanah, dengan dinding dan atap dilapisi beton bertulang dan lapisan tanah. Benteng juga dilindungi dengan kawat berduri, ladang ranjau, dan pagar besi berduri dan parit anti tank yang dalam. Benteng dilengkapi persenjataan meriam berat 120 mm, 75 mm, meriam anti tank 60 mm, senapan mesin berat dan persenjataan anti pesawat. Andai Jerman melakukan serangan konvensional, penyerbuan akan mengorbankan ribuan nyawa prajurit dan butuh waktu berbulan-bulan untuk bisa menguasainya.

Jerman kemudian memutuskan untuk menerjunkan pasukan komando payung Flieger-Jaeger. Berlatih secara rinci selama lebih dari satu tahun, serangan pasukan payung Jerman Flieger-Jaeger ke benteng Belgia di Eben Emael tercatat sejarah sebagai salah satu operasi komando yang brilyan, paling rumit dan kompleks serta terencana secara matang.

Sebuah tim yang terdiri dari 80 personel pasukan payung khusus pilihan dan 74 insinyur, dipimpin oleh Kapten SA Koch, terbang dengan sembilan pesawat glider (pesawat tanpa mesin) ke atas benteng bersenjata berat yang dibangun sebagai bagian dari garis Maginot terkenal. Garis Maginot dirancang untuk menghadang invasi Jerman setelah berakhirnya Perang Dunia I.

Pada pagi hari tanggal 10 Mei 1940, meskipun mendapat serangan dari senjata anti pesawat, dengan pesawat glider yang rusak parah pasukan komando Jerman mendarat diatas benteng dan mampu menetralisir selusin meriam super-berat yang berbahaya bagi pasukan darat Jerman yang akan melewatinya .

Dengan bersenjatakan senapan mesin dengan pelontar granat, penyembur api dan senjata peledak khusus ‘hollow charge’, pasukan payung Jerman yang menderita korban besar melakukan pertempuran berat selama sehari untuk menguasai benteng Eben-Emael. Pasukan payung akhirnya dengan dibantu pasukan darat yang sudah terbuka jalannya dan didukung oleh pembom tukik Stuka akhirnya berhasil menguasai benteng Eben-Emael yang sangat strategis, yang sebelumnya merupakan batu sandungan terbesar dalam penyerbuan Jerman ke Belgia, Belanda dan Perancis.

Operasi Flipper

Operasi Flipper adalah operasi serangan berani mati yang dilakukan pasukan komando Inggris untuk membunuh atau menangkap Jenderal Rommel di Afrika Utara.

Dijuluki Operasi Flipper atau Raid Rommel, tim komando Inggris terdiri dari 60 personel Scottish Commando ke-11 dan Special Boat Service (SBS). Tim komando harus mendarat di pantai Libya dengan menggunakan dua kapal selam dan melakukan serangan darat ke markas Rommel di dekat Apollonia.

Pada 10 November 1941, misi rahasia itu berubah menjadi bencana. Cuaca buruk memaksa anggota tim komando meninggalkan misi, dari 60 personel hanya tersisa 25 pasukan komando yang akhirnya menyerbu, sisa pasukan lainnya terdampar akibat cuaca buruk saat mencoba mendarat. Tim berhasil mencapai markas Rommel tetapi tak lama kemudian ditemukan oleh pasukan Jerman yang menjaganya. Pemimpin komando Inggris tertembak dan tewas di tempat, dan yang lebih parah lagi Jenderal Rommel saat itu tidak berada di kantor pusat.

Operasi berakhir dengan kegagalan total, dengan hanya menyisakan dua personel dari Scottish Commando dan satu personel dari SBS yang masih hidup.
Namun demikian, Operasi Flipper dipandang sebagai serangan komando paling berani dan rumit, yang merupakan kombinasi dari penyusupan rahasia dengan kapal selam, kemudian melakukan perjalanan yang sulit melintasi padang gurun yang panjang dan panas.

Operasi OAK

Operasi Oak adalah operasi yang dilakukan komando Jerman membebaskan Benito Mussolini dari penjaranya di Campo Imperatore. Pada Juli 1943 pemimpin fasis Italia Benito Mussolini ditangkap dan dipenjarakan di Campo Imperatore, sebuah resort di dataran tinggi di sebuah gunung di Gran Sasso, Italia, Tempat yang dianggap paling aman dan kuat dari kemungkinan tahanan melarikan diri ataupun dibebaskan pasukan musuh. Tapi Hitler punya rencana lain.

Pada tanggal 12 September 1943, pasukan terjun payung elite Jerman dari kesatuan Fallschirmjager dan Komando Waffen SS terbang dengan pesawat glider DFS 230 ke benteng gunung di Gran Sasso. Pasukan berhasil mendarat di atas resort dan menundukkan 200 pasukan penjaga tanpa melepaskan satu tembakanpun. Mussolini kemudian dibawa pergi naik pesawat terbang, lepas landas dari landasan pendek dan akhirnya ditempatkan di Wina, Austria.

Dijuluki “Operasi Oak” oleh Komando Tertinggi Jerman, operasi komando itu sangat berani dan secara teknis sangat sulit mengingat terpencilnya medan yang terletak di dataran tinggi resor Campo Imperatore, ditambah dengan penjagaan dari 200 pasukan Carabinieri terlatih – dimana semua pasukan penjaga tersebut menyerah tanpa perlawanan kepada pasukan komando Jerman.

Share:

Penulis: